Sabtu, 22 Oktober 2011

model-model pengembangan kurikulum

. Model-model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum sendiri dapat dilihat sebagai proses membuat keputusan program dan memperbaiki produk keputusan tersebut yang di dasarkan pada kontinuitas evaluasi (Wiwik dalam Oliva 1992:160). Pengembangan kurikulum ialah pada adanya kontinuitas evaluasi. Kaitannya dengan suatu sistem pendidikan dan sistem pengelolaan yang dianutnya. Sukmadnata (1977:161) mengungkap ada beberapa model pengembangan kurikulum, yaitu:
a. The administrative model, merupakan model yang gagasan pengembangannya datang dan para administrator dan menggunakan prosedur administrasi
b. The grass roots model merupakan model yang inisiatif pengembangannya datang dan pengajar atau sekolah.
c. Beauchamps system. merupakan model yang dikembangkan oleh Beauchamp dengan mempertimbangkan lima aspek yakni (1) arena (2) personalia (3) organisasi dan prosedur (4) implementasi dan (5) evaluasi.
d. The demonstration model, merupakan model grass roots berskala kecil, yang dilakukan secara formal ataupun kurang formal.
e. Taba’s inverted model, model pengembangan yang bersfat induktif.
f. Rogers’s interpersonal relations model merupakan model pengembangan kurikulum dilihat dan perkembangan dan perubanan inclividu
g. The systematic action-reaserch model, model yang didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial.
h. Terakhir emerging technical models, suatu model pengembangan kurikulum yang dipengaruhi oleh perkembangan iptek serta nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisinis.
Model serupa dari penjelasan di atas adalah
1. Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler dapat ditemukan dalam buku yang berjudul Basic Principle of Curriculum and Intruction yang menyatakan bahwa model pengembangan kurikulum lebih bersifat bagaimana cara merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi instituisi pendidikan. Dengan demikian model tyler ini hnaya memberikan dasar- dasar pengembangannya saja.
Menurut Tyler ada 4 yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum, yaitu :
1) Menentukan Tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama , sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan
2) Menentukan Pengalaman Belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
- Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
- Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3) Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab denangan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
- Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi di kelas lima dan geografi di kelas enam.
- Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
2. Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapakan. Evaluasi memegang peranan sangat penting, sebab dengan evalusi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi , yaitu;
- Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
- Evaluasi sebaiknya menggunkan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Model Taba
Model laba menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagi suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba adalahs sebagai berikut.
1. Menghasilkan unit _ unit percobaan ( pilot unit ) melalui langkah langkah:
- Mendiagnosis kebutuhan kebutuhan
- Memformulasikan tujuan
- Memilih isi
- Mengorganisasi isi
- Memilih pengalam belajar
- Mengorganisasi pengalaman belajar
- Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa
- Menguji keseimbnagan serta prosedur yang harus dilakukan siswa.
2. Menguji coba untit ekperimen untuk memperoleh data dalam rangka menentukan validitas dan kelayakan penggunaanya
3. Merevisi dan mengonsolidasikan unit – unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurilulum.
5. Implementasi dan disemilasi kurikulum yang teruji.
Model Oliva
Model Oliva menggambarkan bahwa kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Menurut Oliva tampak model pengembangan kurikulum terdiri dari 10 komponen, yaitu :
- Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat
- Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
- Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum
- Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran
- Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan
- Pengembangan kurikulum
- Mengimplementasikan strategi pembelajaran
- Pengembangan kurikulum kembali
- Menyempurnakan alat atau teknik penilaian
- Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum
Model Beauchamp
Model Beauchamp dinamakan sistem Beauchamp kare diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah dlam proses pengembangan kurikulum
1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
2. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.
3. Menetapkan prosedur yang ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi.
4. Implementasi kurikulum.
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut ;
· Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
· Evaluasi terhadap desain kurikulum
· Evaluasi keberhasilan anak didik
· Evaluasi sistem kurikulum
Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus-menerus. Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni :
1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakaukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama
3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Model Nicholls
Menurut Nicholls, ada lima langkah pengembangan kurikulum , yaitu :
1. Analisis situasi
2. Menentukan tujuan khusus
3. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
4. Menentukan dan mengorganisasi metode
5. Evaluasi
Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Langkah – langkah pengembangan kurikulum adalha sebagai berikut :
a. Menganalisis situasi
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyusun program
d. Interpretesi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekontruksi.
2. Prinsip – prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sesuai dengan Permendiknas, no 22 tahun 2006 tentang standar isi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill), kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian kurikulum dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar